Kamis, 05 Maret 2015

Simple Problem


Dari dalam kamar Diana mencium wangi seduhan teh melati dan mendengar perbincangan Amanda dan Adrian tentang cuaca bulan ini, cerah dan berangin, menyenangkan. Adrian mengajak Amanda duduk di luar, untuk melihat bintang yang bermuculan, dari sedikit hingga bertaburan memenuhi langit. Mereka terkekeh, kemudian ruang tamu senyap…
Diana melongok dari jendela kamar.Melihat mereka sudah duduk di tikar tradisional dari pandan dengan sajian teh poci. Sesekali tertawa sambil menunjuk ke langit.Diana tersenyum. Kembali duduk di kursi kayu kekar berwarna coklat, kemudian meraih kalender meja di depannya. Jarinya mulai menunjuk angka-angka pada kalender…dua,empat, enam..Sudah tujuh  hari dia pergi.Sekarang  jari telunjuknya ganti mengetuk-ngetuk meja. Kemudian meraih gelas berisi air putih,mencecepnya sedikit saja.

“Semua menilaiku sama.” gumamnya lemah.


Sambil  menghembuskan nafas dia  bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir akhirnya berhenti di depan cermin berbentuk oval besar yang menempel pada pintu almari. Memandangi dirinya. Sesaat kemudian duduk membungkuk di tepi ranjang,kedua ujung sikunya berada di kedua pahanya sementara dua  telapak tangannya menopang kepalanya. Sekitar tiga menit kemudian, cairan bening menetes di lantai,terisak kemudian tergugu pilu.

 
**

Pagi masih gelap, Diana berpamitan untuk pergi tetapi tidak mengatakan akan pulang ke rumahnya. 

“ Yakin sudah bisa menerima?”

“Sebenarnya belum, tapi bagaimana lagi? pikiranku telah menjelma dalam lakuan dan muncullah penilaian. Dan aku sudah lelah,aku ingin menjauh,reputasiku sudah tidak baik .”

“Putus asa!”

“Lelah”
“Istirahatkan jiwa dan pikiran kakak, tunda satu hari saja.”

“Tidak !”
“Setengah hari!” tawar Amanda, sorot matanya tajam

Diana tersenyum sambil membalas tatapan Amanda kemudian mengangguk lemah.

“Caper!” ucap Diana tiba-tiba sambil tersenyum kecut kemudian terkekeh kecil

“Siapa?”

“Aku !” 

“Pada?”

“Siapa lagi?” jawab Diana sambil memandang Amanda tanpa senyuman “Keinginanku yang aneh-aneh itu hanya caper !”

“Mengapa begitu?”

“Amanda…kemarin aku melihatmu dan Adrian duduk di teras menikmati malam yang berbintang.”

“Ya,lalu?”

“Sesederhana itu sebenarnya inginku!”

“katakan saja !”

“Sudah !”

“how ?”

“Dengan Isyarat!”

"Selain isyarat?"

"Tidak, seharusnya dia bisa menangkap!"

“Heemmm….., tidak bisa begitu !  Sekarang aku tahu!”

“Apa?” 

“Actually your problem as simple as your simple happiness that you want !” kata Amanda sambil menyerahkan buku tentang cara kerja otak laki-laki pada Diana.

zaa_zakiyah@copyright

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...