Kugali ingatanku masa 20 tahun yang lalu, aku
baik-baik saja tanpa internet.The Show still go on.
Bangun pagi, selepas sholat subuh dan rangkaiannya,
aku membuka jendela kamarku lebar-lebar . Langit dan pepohonan terlihat lebih
jelas dari kamarku, ya khusus kamarku karena berada di lantai atas. Kadang
kulihat burung-burung kecil berwarna warni bulunya bertengger di pohon dan berkicauan. Kunikmati
keindahan alam itu dengan hati berbunga. Setelah itu,kadang aku melakukan senam
ringan, kadang menulis,membaca atau mengerjakan tugas, kadang mengetik dengan komputer jadul yang masih menggunakan
DOS (disc operating system). Biasanya saat melakukan aktifitas itu sambil memutar radio atau memutar music dengan tape recorder.
Pekerjaan rumah kami lakukan bersama-sama dengan
kakak-kakak. Masing-masing mengambil tugas. Kecuali memasak,kami lakukan secara
bergiliran. Jadwalku memasak saat aku
tidak ada jadwal kuliah pagi.Seminggu bisa 3 kali. Ibuku wanita rumahan sejati,
jadi tak mengherankan jika beliau ingin anaknya terampil mengerjakan pekerjaan
rumah walaupun berpendidikan tinggi. “Kalian harus pandai memegang bolpoint
tapi juga harus bisa memegang ulekan” .Kata-kata itu tak pernah kulupakan.
Motor Honda
Astrea Star hitam putih setia menemaniku ke kampus. Suasana kampus yang
hijau dan segar …kami sering mengobrol sambil menikmati keindahan itu saat
menunggu dosen datang. Saling ledek, bercanda, bertukar cerita lucu kadang juga
sedih, kadang juga membuat berbunga.
Kami tertawa, terbahak lepas,merdeka. Sesekali ada pula yang mengirim pesan
“asmara” dengan tingkah laku yang lucu,ada pula yang nampak kaku, salah
tingkah. Semua itu membuatku tersenyum dan terhibur. Dan tentu saja ada degup
lembut dan berbunga hati ini jika si
“pencari perhatian” adalah orang yang rada-rada ku suka haha. Sebatas itu saja.
Sungguh aku tak pernah berani melangkah lebih jauh.
Perkuliahan kami ikuti dengan suasana relatif tenang,mendengarkan
dengan seksama keterangan dosen.Dan
seingat saya, kami cukup sopan.
Sering,sepulang kuliah aku berkunjung ke kost atau ke rumah
teman.Kadang-kadang aku mengajak seorang atau beberapa teman untuk pergi
,sekedar jalan-jalan atau kadang ku ajak ke rumah. Asyik mengobrol di kamarku
yang luas dan nyaman. Saat hari istimewaku,kadang aku mengajak
beberapa teman sekedar makan. Sengaja memilih tempat makan yang rada jauh dari lingkungan rumah dan
kampus.Refreshing.
Bagaimana dengan Perpustakaan Pusat di kampus? Nah inilah salah satu tempat yang
paling menyenangkan untuk nongkrong selain kantin dan kursi di bawah pohon
rindang. Keperluan referensi, kami sangat mengandalkan perpustakaan pusat ,
selain Perpustakaan Fakultas atau kadang Perpustakaan Kodya. Tetapi, bagiku
perpustakaan pusat bukan sekedar untuk mencari referensi menyelesaikan tugas
kuliah saja. Aku sering merambah buku di luar fakultas ku, buku kedokteran,psikologi,
bahasa, sastra dsb .Biblioteraphy , saat suasana hati dan pikiran kurang nyaman
(sebut stress) aku justru sering melahap
lebih banyak buku. Kadang juga menulis. Selain membaca di tempat, aku sering meminjam
satu, dua bahkan tiga buku untuk bacaan di rumah.
Kantor pos kampus
adalah salah satu tempat yang sering ku kunjungi , untuk mengirim surat maupun
menanyakan apakah ada surat untukku. Biasanya, surat-surat dari kantor pos kampus akan dikirim ke
masing-masing fakultas. Kami bisa mengambilnya di gedung pengajaran. Namun
sering kali tak sabar, aku sering mengunjungi kantor pos dan ternyata
memang surat untukku sudah datang. Hemmm…sungguh aku hobi banget korespondensi.
Wartel (warung
telpon) ….adalah salah satu tempat yang sering ku kunjungi selain perpus dan
kantor pos. Sarana komunikasi paling
bergengsi saat itu adalah telepon, baik telepon rumah maupun umum. Dulu telepon
umum hanya menggunakan koin, tidak bisa untuk interlokal. Seiring berjalannya
waktu muncul teknologi kartu telepon
yang bisa digunakan komunikasi interlokal. Tidak perlu ke wartel . Betapa
menyenangkan ketika seorang teman sering menyelipkan kartu telepon dengan unit
yang tinggi di dalam amplop suratnya. Selain berkirim surat ,sesekali saya menelponnya.
Sungguh pengertian, jika aku mengandalkan telepon rumah bisa jebol rekening
telepon rumahku atau jika aku mengandalkan wartel, uang sakuku tak akan cukup
hehe.
Sepulang kuliah,biasanya aku tidur. Sore,mulai
mengerjakan tugas pekerjaan rumah atau mengerjakan tugas kuliah. Kadang membuat
sesuatu ( kerajianan tangan),membaca, menulis. Menonton TV? Seperlunya saja. Entahlah, aku kurang menyukai TV. Di kamarku ,
aku berteman radio ,tape recorder dan computer jadul ,sesekali menunggu telepon
teman yang banyak mengajakku berdiskusi tentang makna hidup ,tentang masa depan
tentang music, hobi, buku dsb. Aku bahagia, yaaa….aku baik-baik saja. Oh ya, aku
memang bukan aktivis kampus, jadi kegiatanku di luar kampus lebih banyak hihi.
Kadang nakal juga, bolos kuliah, izin mendatangi pernikahan saudara di luar
kota atau sekedar main ke rumah kakak di Yogya.
Itulah gambaran saat itu, arus informasi datang
sesuai kebutuhan. Lebih banyak mengamati sekitar, menyentuh alam, menyapa,bicara,
tersenyum dengan jarak dekat dan nyata. Bukan dengan bahasa tulisan dan emoticon
Apakah menyulitkan? Tidak, aku merasa bisa
menjalani dengan kesabaran dan ketenangan .
Nah…sesekali aku mengkondisikan diriku seperti 20
tahun silam. Aku menyebutnya “bertapa”. Akses internet ku matikan. So, tidak
ada sosmed apapun.Hanya Handphone yang standby ,kuanggap sebagai pengganti
telepon rumah. Aku lebih banyak membaca dan menulis, mendengar music,merenung,berpikir
mendalam. Rada gila? Aneh? Terserah
saja, tetapi aku baik-baik saja kok, aku nyaman, aku tetap merasa “hidup”…the
show still go on Heheee…
Bila sudah demikian, pasti ada teman-teman
yang mengirim sms atau menelpon. Ada yang mengira aku sakit. Ya, kukatakan aku
sakit…tetapi bukan flu berat ,mag akut atau bisa jadi hipertensi atau diare. Bukan
sakit yang semacam itu, bukan fisikku yang sakit tetapi…jiwa dan pikiranku
kadang lelah. Too much news will kill
me, if can’t do something. Aku merasa perlu menahan arus informasi yang
dahsyat, yang kadang 50% lebih adalah “nothing”. Aku merasa perlu mengendapkan
pikiran,mengheningkan batin ,mencermati suara hati,membaca ayat-ayatNya dengan lebih cermat, merenungkan apa yang
terjadi padaku,pada sekitarku. Ini hanyalah caraku, masing-masing punya cara
sendiri untuk mereduksi noisy.
Dalam heningku………….
Amadia Raseeda
Nov,2016