Sabtu, 05 Maret 2016

Ironi Sekolah



CHICKEN SOUP PARENTING

Sekitar sebulan yang lalu kakak iparku melahirkan anak ke 4. Rumahnya tak jauh dariku. Tentu saja aku ikut “meramaikan” suasana panik yang seru he he. Kami sekeluarga ikut mengantar ke RB ( Rumah Bersalin) so 2 keluarga berbondong-bondong ke RB. Saat itu menjelang buka puasa, akhirnya kami berbuka puasa di RB dengan makanan seadannya, lontong ( jawa arem2), gorengan dan es kelapa. Tapi kebersamaan dan suasana yang rada berbeda itu menciptakan keasyikan tersendiri.
Saat itu anak-anak masih masuk sekolah dan banyak PR. Anak-anak ku tampak cuek aja, he he dasar cowok kali ya ??? Atau…memang mereka rada ndableg ya ??? Atau justru PD karena sering dapat “seminar kecil ttg sekolah” dari ibunya? He he. Berbeda dengan keponakanku ( maaf maksudku bukan untuk membanding-bandingkan, tapi untuk studi kasus aja, kita pandang dari keilmuan aja). Dia kelas 5 SD, perempuan, cukup pandai , satu sekolahan dengan anak-anakku. Di sela-sela kami menikmati buka puasa dia bilang “ Tante QQ….PR ku banyak banget….gimana dong, aku belum ngerjain?”….Dia mengeluh dengan manja kepadaku. Aku rada kaget…bukan kaget ikut panik tapi….aku mikir, koq masih ingat PR sih dalam situasi dan kondisi seperti in i???…ha ha dasar aku ini ibu rada2 kali ya ??? Ada bagusnya sih, ingat dengan tugas dari sekolah tapi separah inikah sekolah “marampas” sebuah kepedulian yang lain. Kepedulian akan lingkungan, keluarga dll ??? dan menciptakan kecemasan yang cukup serius pada anak-anak bila tidak selesai atau tidak bisa mengerjakan PR ???
Pada akhirnya Aku angkat bicara..” Sekarang ini Una kan sedang mengerjakan PR ! ” Dia rada bingung : “Gimana sihhh maksudnya?” Ahhh tante QQ ahhh!” Anak ini kalau bicara mmg rada manja, karena anak ku 3 cowok semua jadi aku merasa rada aneh melihatnya tapi lucu juga sihhhh. Beberapa hari sebelumnya aku dengar cerita dari ibunya, bahwa Una ingin membantu membuat es buah untuk buka puasa sampai ga jadi karena banyak PR. Glek???? ( kayak komik donald kalau lagi mikir atau kaget ). Aku waktu itu udah pengen bicara panjang lebar tapi ga lahh..lain “Kali” aja di lain “Sungai”. Aku melanjutkan “ Un, kalau di sekolah murid-murid suka diingetin bu Guru atau Pak Guru untuk membantu ibu, peduli pada adik dsb yang bagus2 kan ???” Jawabnya : “ Iyaaaa!”. “ Nah…..sekarang ini prakteknya Nduk cah ayuu !”. Dia mengernyitkan dahi dan menyipitkan matanya, itulah ciri khasnya, ga lama kemudian : “Oooo ya yaaaa aku mudeng tante QQ !” Anak ini memang cukup pandai, kritis dan punya kecerdasan sosial yang cukup, setidaknya itulah pengamatanku sebagai tantenya.  “ Udah ya, jangan bingung, besok kalau ditanya Bu Guru jawab begitu, bahwa kemarin Una mengantar ibu ke RS dsb,dsb. Kalau ditanya lagi koq kamu bisa jawab begitu dari mana ? ” . Bilang saja kata Mamanya Salman kelas 4.( Cieeee…gaya ya ).  
Tak tambahin lagi…“ PR yang kamu maksud bisa dikerjakan lain waktu, jangan takut ga dapat nilai, kamu sudah dapat nilai dari Allah karena nganter ibu ke RS, memberi semangat ibu, membantu menyiapkan keperluan ibu, dan ikut menjaga adikmu…OK ???? “ Akhirnya kulihat senyum ceria diwajahnya yang cantik dan lucu.
So…please deh para Guru dan ortu, fahamilah, dunia untuk anak2 kita bukan hanya dunia sekolah saja. Bukan berarti aku menafikan dunia sekolah, menafikan manfaat sekolah tapi yuk mari kita berusaha selangkah lebih kritis dan cerdas menyikapi dunia sekolah. Filosofi sekolah, metode2nya, sasaran atau target sekolah bila perlu kita harus mengerti atau faham. Mengapa??? Wah, jawabannya bisa jadi satu Note lagi Aku mengalami beratnya jadi pelajar, aku juga melihat beberapa ibu dan anak juga guru yang stress karena “sekolah” dan ketika aku sudah lepas dari itu semua eee ternyata aku masih banyak melihat pemandangan seperti itu, Ohhh what a pity !! ( terjemahan bebasnya…kasiaaan deh lu !! atau alangkah sayangnya !!, betul ga Dor?? Maaf, Dor nama teman fbku yg jago bhs Ingggris he he ). Sementara jawaban singkatnya adalah, sistem sekolah kebanyakan hanya mengasah kecerdasan tertentu,  yang jelas terlihat secara umum adalah mengasah IQ…..bukan EQ, kecerdasan musikal, sosial, interpersonal, intrapersonal, spasial dan apalagi ya….( Cari di Google atau buku aja deh, yang jelas ada 8 kecerdasan untuk sementara ini, mudah2an beberapa tahun kedepan sudah nambah ).
Yukkk mari sama-sama, bareng-bareng, jama’i menumbuhkan kepercayaan diri kita sebagai orang tua dengan banyak belajar, membaca ( dalam makna luas), sharing pengalaman di FB dsb.. Ok kan ???. Nilai bagus disekolah ( di raport) bukan segalanya....Mengapa??? jawabnya, maaf lagi2 bisa jadi note yang bersambung jadi ntar aja deh….lagian aku yakin banyak yang sudah ngertilah. Yang jelas….ga semua anak cocok sekolah lho…( sory ya kalau terkesan provokasi ).
Last but not least…..
Kuucapkan Maaf…bila tulisan ini kurang berkenan di hati teman2 terutama teman kuliahku di FKIP UNS yang sebagian sudah pada jadi guru, bapak ibu guruku, bapak ibu dosenku. Tulisan ini tak menguragi rasa penghargaanku dan rasa hormatku.
Medio ‘till End September 2010
Wassalam……….

Saat Jarak Membentang



Dalam kasat mata kesendirianmu
Sebenarnya ada Dia dan aku
Dalam kasat mata kesepianmu
Sebenarnya ada Dia dan aku
Dalam penatmu
Ada Dia dn aku
Dalam gundahmu
Ada Dia dan aku

Nyalakan api juangmu
Karna Dia dan aku
Tak perlu kau gamang menatap rintang
Karna ada Dia dan aku
Jadikan sabar dan syukur hiasan dalam langkahmu
Karna ada Dia dan aku

Kau bukanlah Ibrahim
Aku bukanlah Hajar
Tetapi ruh juang mereka
Menginspirasi
Menyemangati
Mendedah denawa kelemahan diri

Jarak yang membentang ini
Semoga bernilai di hadapan ilahi
Saujana kaki melangkah hanya untuk Dia
Kami bersimpuh dalam segenap ugahari
Berharap menjadi bestari
Untuk mencapai ma’rifat ilahi


Note:

Saujana                     :  sejauh
Mendedah                   : Membuka, manyingkap
Denawa                      : raksasa
Ugahari                       : sederhana
Bestari                        : Orang yang berbudi pekerti,berwawasan,berpendidikantinggi


Kereta Berbunga




Kereta berbunga
Melintas di depan mata
Kita saling memandang dan tersenyum penuh makna
Mata bicara
Hati bercerita
Tentang sepenggal cerita
Kita pernah duduk disana
Menuju keramaian sebuah pesta
Laksana cerita ada dan tiada
Harum aneka rupa bunga
Sumpah membahana
Mengguncang nirwana 
Sampai waktunya kita berada di kereta tua
Namun, harum aneka rupa bunga masih menyapa
Bercerita tentang makna  setia
Meretas jalan ujian yang tak pernah alpa
Memutar ingatan tentang Muhammad dan  dan Khadijah
Meredam riak curiga dan ombak murka
Kereta berbunga terus memutar roda
Derit kelelahan kadang memekakkan telinga
Nafas tua menusuk dada
Meninggalkan kata putus asa
Tak lelah menguntai indahnya rasa
Agar kereta tua senantiasa menjadi kereta berbunga




Puisi lama ( 1 Feb 2010)  dengan foto baru

Penari Gurun




Ini adalah pengalamanku ketika PPL ( praktek pengalaman lapangan) atau praktek mengajar tahun ’97 silam. Hemmm benar-benar pengalaman yang bikin deg2an, deg2 plassss tapi menyenangkan. Saat itu aku mendapat lokasi PPL di SMEA Tunas Pembangunan Surakarta.
Kostum PPL cukup “menyiksaku”, rok warna hitam dan blouse putih. Oh My God. Saat itu aku tidak terbiasa pake rok. Dan aku ingat banget, saat itu aku mampir ke kampus untuk mengajukan proposal skripsi, aku masih mengenakan sragam PPL dan aku ditertawakan beberapa teman yang lagi nongkrong dibawah pohon di depan ruang dosen karena melihatku pake rok…( hayoooo sopo???? Ngaku!!!.).

Hari pertama adalah perkenalan dengan murid-murid. Kami masuk kelas bertiga,tenang rasanya ada teman. Satu per satu teman ku memperkenalkan diri dan akhirnya giliranku. “ Perkenalkan anak-anak…nama saya Zakiyah Rosidah !“ Belum selesai perkenalan anak-anak riuh tertawa dan bernyanyi. “.Zakiyah, Zakiyah…penari gurun pasir ternama “ (lagunya Ahmad Albar ). Astaghfirullah….pucet kali yaa muka ku saat itu. Heran aku, koq masih pada kenal dengan lagu ituuuuuu gitu lho!!! Dan setiap aku berkenalan di nyanyikan lagu itu. Heemmmmm tapi seru juga he he. Untung aja aku nggak joged hehee.

Akhirnya aku mendapat tugas mengajar di kelas 2. Alhamdulillah akhirnya terbiasa juga menghadapi para ABG. Malahan ada yang nge fans segala he he he. Yang lebih menggembirakan saat ujian PPL aku mengajar di kelas satu ( anak baru masih manisss dan mudah berkompromi ) dan lulus dengan nilai 3,6. Yessssss……..Penari gurun bisa jadi guru koq ternyata. Mudah-mudahan nilai 3,6 itu bukan karena pembimbingku memang baik hati hehee.

Semoga menghibur

Wassalam

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...