Kota
itu memang selalu membuatku rindu. Atmosfir seni dan unik meliputinya. Sudut-sudut kota yang asri
menawarkan pemandangan eksotis. Pantas, bila Katon Bagaskara pun terinspirasi menulis
lagu Yogyakarta . Akupun selalu merindukan Yogyakarta, walau kuncup cinta itu
tak pernah mekar sempurna di tanahnya. Sinar cinta tak pernah benar-benar
menyala, Seperti senthir yang kurang
minyak, lindap.
Sosok satu itu, entah mengapa mengusik perasaanku semenjak aku menginjakkan kaki di
Yogyakarta. Sesekali kami bertemu di
Latar Ombo,sebuah tempat makan yang cukup terkenal di kalangan anak-anak kost
daerah Sagan. Penampilannya nyentrik tapi sopan. Ramah tapi jauh dari genit. Itu
saja yang bisa kutangkap tak lebih,karena kami tak pernah berinteraksi,hanya
sama-sama ngantri cari makan.
Mahasiswa
semester akhir Fakultas Filsafat UGM itu
tinggal di sebuah kost sederhana yang terselip di sebuah gang sempit. Hanya
terpaut setengah kilo dari kostku.Demikian cerita Sari,adik tingkatnya.
Suatu ketika….sebuah berita kuterima
dari Sari, bahwa Bisma bertanya padanya tentang rencanaku ke depan selepas
bimbingan tes.Apakah aku akan mendaftar di Universitas mana,fakultas apa. Hal itu sempat membuatku terhenyak. Menatap Sari lama
tanpa tanpa ekspresi tanpa kata-kata.Kaget,senang sekaligus meledek diriku
sendiri. Aku ingat saat itu...
“ Ih..kenapa kamu? jangan GR dulu
ah…!” kata Sari diiringi derai tawa.
Malu tak terkira, aku hanya mampu menutup wajahku dengan buku. Sari kian terbahak,
“Tapi
sejujurnya aku juga heran sih, kenapa tiba-tiba dia nayain kamu ke aku? Dia
memang satu fakultas denganku tapi aku merasa nggak kenal dia, dia kakak tingkat jauh, kayaknya ga lulus-lulus deh !” lanjut Sari kemudian tertawa haha
Aku
hanya diam, tak sanggup berkomentar. Terbajak sudah emosiku. Namun kemudiian aku sadar.
Benar
kata Sari, aku tak perlu GR dan memupuki perasaanku. Semua itu bagiku hanya akan menyisakan
pilu bila dia memilki rasa serupa rasaku. Aku sudah bisa menduga, orang tuaku akan berteriak kencang “tidak !! , harus
satu suku !!”
**
Dia,
yang katanya gadis Jakarta itu, mengapa
hobi memakai pakaian seadanya saat
berangkat bimbingan tes? Bahkan aku
tahu, kaos yang di pakainya beberapa hari yang lalu,banyak sekali di pasar
Bering Harjo. Tetapi dia tetap memesona, ada pancaran inner beuty luar biasa. Cupu atau memang
demikianlah pribadinya? Cuek, apa adanya tak tergilas gerigi gengsi DKI ? Tak
lumat oleh arogan metropolitan? Ah, aku juga tidak mengerti pasti.
Satu
hal, dia berjalan cukup cepat, Gesit dan lincah saat menaiki bus. Selincah kijang yang merasa terancam oleh sang predator. Menurutku, hanya itu yang bisa kutangkap bahwa dia gadis Jakarta. Tampak terbiasa naik turun transportasi umum.
Mungkin ada yang menyanggah, bukankah lebih mudah mengenali asal seseorang dari
dari bahasa atau logat bicaranya?
Hemm…dengan tegas akan ku katakan tidak, Karena aku belum pernah
berkomunikasi dengannya dengan bahasa lisan melainkan dengan bahasa tubuh dan
bahasa kalbu. Bahasa kalbu? Ah ini menurutku saja,belum tenytu menurutnya. Sempat kami berpapasan di gang sempit itu, Hanya senyum, anggukan, tatapan sepintas. Aku memarahi diriku, mengapa setelah itu ada sesuatu
yang membuncah indah dalam jiwaku.
Entah, bagaimana dengannya, dalam kesadaranku aku merasa tak perlu mencari tahu karena itu hanya akan menyisakan pilu bila dia memiliki rasa yang serupa rasaku.Aku sadar kondisiku.
Entah, bagaimana dengannya, dalam kesadaranku aku merasa tak perlu mencari tahu karena itu hanya akan menyisakan pilu bila dia memiliki rasa yang serupa rasaku.Aku sadar kondisiku.
**
Tiga tahun kemudian.....
Kuntum-kuntum
kamboja putih yang lepas dari tangkainya tergolek tak berdaya. Ku biarkan
mereka menghiasi pusaran itu, menebar
aroma misterius. Aku terpekur….rangkaian doa ku lepaskan
dari bibirku, semoga amal ibadahnya diterima disisiNya.
Fariya dan Mas Bisma, usia mereka memang terpaut
cukup jauh. Namun aku yakin, pikiran
Fariya bisa menjadi pendamping
pikiran Mas Bisma. Namun segalanya telah berlalu. Aku ingat kata-kata Fariya saat itu
“
Sari, biarlah…tak perlu dia tau tentang rasaku ,cinta tak harus terkatakan. Simpan ini sebagai rahasia persahabatan kita,sampai kapanpun !”
Ah,
Fariya…kalimatmu itu. Diksimu tampak klise, tapi nyatanya bisa menjadi
kekuatanmu melupakan Bisma. Dan kini kau
telah hidup bahagia ketika cawan hatimu telah terisi manisnya cinta Nugraha.
Aku
juga ingat kata-kata Mas Bisma saat itu, di rumah sakit. Saat itu hanya ada aku dan ibunya.
“
Sari, aku sangat merasakan, tak lama lagi aku tak bisa menghirup oksigen dari tabung itu ,makanya Cryo Surgery tak menarikku ! Karena itu juga kau tak perlu memberitahu Fariya tentang rasaku ,simpan baik-baik sampai kapanpun, sampai aku pergi selamanya !"
Aku hanya mengangguk sambil menundukkan kepala sementara airmataku mengalir deras. Demikian juga ibunya
.....
Aku hanya mengangguk sambil menundukkan kepala sementara airmataku mengalir deras. Demikian juga ibunya
.....
Mas
Bisma, kalimatmu berjodoh dengan kalimat
Fariya. Sejak kau menanyakan tentang
Fariya, aku semakin mengenalmu, kakak tingkat yang baik dan sopan.
Kanker
itu akhirnya mengantarmu di pusaran ini. Terkubur bersama cintamu pada Fariya dan cintaku padamu,
Mas
Bisma, Fariya kalian pribadi-pribadi yang mampu membawa cinta dalam kecantikan,
keanggunan dan keagungannya karena sepi
dari hawa nafsu. Tak ada alasan tak mengikuti
caramu menata cinta dan mencinta pada ketidaktepatan kesempatan dan waktu.
Aku
beranjak dari pusaran Mas Bisma di rembang petang itu, semarai kamboja putih
seolah tersenyum pada sebait cinta suci yang tak pernah terkata di kota Yogyakarta.
Amadia Raseda
Pekayon
2012
Senthir: lampu sederhana berbahan bakar minyak
tanah, jaman dulu biasanya terbuat dari kaleng bekas atau botol bekas.
Cryo Surgery penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk memusnahkan jaringan yang sakit. Ini bukanlah teknik baru. Para dokter spesialis kulit telah menggunakan cryosurgery untuk memusnahkan tumor kulit. Hanya saja saat ini dapat digunakan untuk memusnahkan tumor ganas di dalam tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar