Ini adalah pengalamanku menghadapi anak “mbarep” ku yang
banyak gerak, banyak tingkah. Orang jawa (istilah jawa) bilang seperti “pinjal” atau kutu kucing. Adapun istilah yang beken dalam dunia pendidikan
anak adalah “ Kinestetik”. Ketika
berusia 2 tahun dia sudah mahir memanjat dengan ketinggian sekitar 2 meter dan
dalam sehari bisa dilakukan 10 kali lebih karena aku tidak melarangnya tetapi
lebih mengawasinya. Pertimbanganku adalah dia sedang belajar motorik kasarnya.
…yah tentunya hal itu membuat aku dan orang yang melihatnya sport jantung tapi itulah
resikonya punya anak, tidak bisa meng
“cut” begitu saja karena rasa takut atau rasa malas membantu mereka belajar. Ku
akui kadang perasaan itu melanda namun RASA CINTA DALAM KESADARAN bahwa orang tua berkewajiban mengolah fisik maupun mental meraka seolah
lebih kuat. Dan alhamdulillah kami mampu membuat ananda berkata Aku bisa, Aku
mampu. Melihat gejala tersebut aku mulai punya “feeling” bahwa anak ini akan
menghadapi sedikit masalah ketika nanti bersekolah. Mengapa???
Satu, anak banyak tingkah biasanya diberi label anak nakal.
Dua, sekolah pada
umumnya adalah sistem yang kurang memberi fasilitas untuk anak nak tipe kinestetik,
yaitu tipe anak yang mampu menyerap materi pelajaran dengan maximal melalui
gerak atau dengan bergerak. Tetapi sebenarnya untuk level TK cukup
terfasilitasi hanya saja anaku ini memang kinestetik yang banget kali yaaa. Perlu
di ketahui ada pula tipe anak yang bisa belajar dengan maksimal dengan
mendengar (tipe auditori), melihat ( tipe visual) ada juga dengan menyentuh
(Taktil). Atau kombinasi dari semua itu. Bisa dibaca lebih jelas di buku
Quantum learning nya Bobbi Deporter& Mike Hermacki atau The Power of Learning
Style nya Barbara Prashing.
Kembali ke cerita………
Waktu terus berjalan Salmanku
mulai memasuki fase baru, fase sekolah.
Dan benar adanya “ feeling seorang ibu “ beberapa tahun yang
lalu. Beberapa bulan setelah sekolah Bu guru memanggilku dengan keluhan :
Ibu…tolong Salman dibantu belajar yaa…dia masih susah membedakan huruf
hijaiyyah antara Ba dan Na. Salman di sekolah kadang masih tertidur
dsb..dsb…dsb…
Sempat rada sewot he he…pikirku, enak aje aku jauh2 pindah
dari Tangerang ke Bekasi demi mengejar sekolah bermutu untuk anak ku koq
begini?? Full Day lagi!! Bayarnya bikin aku mesti pake analisa “SWOT” (
Strenght, Weakness, Oportunity and Threat) segala he he dan dg skala prioritas
yg rumit lagi!! Namun Alhamdulillah dengan silaturahim yang sehat dengan teman-teman, dengan suami,
dengan buku, dengan tv, dengan diri sendiri rasa sewot itu hanya sesaat saja datangnya.
Aku bisa mengatasi, aku akan membuktikan karena aku yang paling mengerti
seperti apakah anakku bahkan sebelum sekolah pun aku sudah mampu
mendeteksi…mengapa aku tdk bisa mengatasinya?? So what gitu loh ! Begitulah aku
terus menyemangati diriku.
Alhamdulillah….clingggggg atas izin Allah muncul lah ide ini
:
Untuk mengatasi kesulitan belajar huruf hijaiyyah aku
membentuk dan menggunting satu suku kata atau satu kata dari huruf hijaiyyah
dengan kertas warna-warni kemudian aku tempel menyebar di sekitar kamar dan
ruang tengah aku sengaja memasang agak tinggi dan agak rendah ada pula beberapa
yg setara denga tinggi badannya. Melihat aku sibuk menggunting dan
menempel dia sudah tampak senang dan
terus bertanya untuk apa, aku bilang untuk belajar salman ..biar seruuu deh.
Mata cerdasnya berbinar-binar…indaaaah sekali. Dan dia pun ikut membantu.
Hatinya senang, gembira pertanda limbik otaknya sudah terbuka, siap untuk
dituang ilmu atau belajar. The Brain is wider than Sky….apabila limbik nya
telah terbuka. Tentang Limbik bisa di baca lebih detail di Buku Revolusi
IQ/EQ/SQ/ nya Taufiq Pasiak.atau…apa yaa lupa he he.
Permainan dimulai :
“ Salmaaaan..coba cari yang berbunyi Kho !!”. Dia pun sibuk
mencari suku kata tersebut di sekeliling ruangan menengok, berjinjit, kadang
naik kursi kadang naik meja. “Ayo…terus cari Nak…sampai ketemu, kamu bisa, ada koq, dia bersembunyi dimana ya?”.
Demikian seterusnya sampai beberapa hari dan dia enjoy sekali dengan metode
tersebut. Demikianlah permainan kami, belajar kami…..Intinya aku menfasilitasi
nya untuk bisa tetap bergerak ( karena tipe kinestetik) tapi tidak lupa memasuk
kan “ muatan” nya apa???
Selain itu aku membuatkan gambar dari tanganku sendiri yang
masih sangat kuingat gambar pohon, kucing duduk dilihat dai belakang, ayunan,
buah , sayuran (sawi) dll dan di bawahnya aku tuliskan huruf hijaiyyah nya.
Mungkin teman-teman berpikir, kan
banyak gambar atau poster yangh dijual di toko?? Repot amat?? Ya…memang
repotnya itu yang kucari he he . Aku sengaja menciptakan kerepotan itu,
menggambar dan mewarnai bersamanya selain menyenangkan hal tersebut menciptakan
kedekatan dan isyaAllah energi cinta dan semangat sang ibu akan ter transfer ke
anak. Gelombang otak bisa mempengaruhi
gelombang otak orang lain. Lebih jelasnya bisa dibaca di Buku Taufiq Pasiak.
Subhanallah atas izin Allah beberapa minggu kemudian aku di
panggil Bu Guru lagi…
“Ibu… Alhamdulilah Salman membaca hijaiyyahnya sudah bagus,
perkembangan nya pesat. Kalau kami boleh tau, bagaimana caranya Bu ??
Aku faham Bu Guru hanya sekedar meng apresiasi usahaku. Bukan
kah beliau lebih mahir??? Tapi kenyataannya setelah aku ceritakan usahaku plus
referensi yang kuat pula, Bu Guru sangat suka dan terispirasi he he.
Alhamdulillah, pikirku… inilah berkah dari sebuah masalah karena Allah maha
pendidik. Di balik masalah pasti ada hikmah.
Untuk orang tua atau bu guru yang punya anak
kinestetik…janganlah terusik. Dengan memahami gaya belajar mereka insyaAllah kita ga pusing
koq…Ayo kita terus belajar juga. Sebagai penutup, pengen melanjutkan syair yang
tadi …
The Brain is wider than sky
For put them side by side
The one the other will contain
With ease and You beside.
The Brain is deeper than the ocean
For hold them Blue to Blue
The one the other will absorb
As Sponge Buckets do
The Brain is just the weight of God
For Heft them Pound to Pound
And they will differ if they do
As Syllable from Sound
-Emily Dickinson (1830-1886)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar