Jumat, 27 Februari 2015

Anak Kinestetik? Jangan Terusik.



Ini adalah pengalamanku menghadapi anak “mbarep” ku yang banyak gerak, banyak tingkah. Orang jawa (istilah jawa)  bilang seperti “pinjal” atau kutu kucing.  Adapun istilah yang beken dalam dunia pendidikan anak adalah  “ Kinestetik”. Ketika berusia 2 tahun dia sudah mahir memanjat dengan ketinggian sekitar 2 meter dan dalam sehari bisa dilakukan 10 kali lebih karena aku tidak melarangnya tetapi lebih mengawasinya. Pertimbanganku adalah dia sedang belajar motorik kasarnya. …yah tentunya hal itu membuat aku dan orang yang melihatnya sport jantung tapi itulah resikonya punya anak,  tidak bisa meng “cut” begitu saja karena rasa takut atau rasa malas membantu mereka belajar. Ku akui kadang perasaan itu melanda namun RASA CINTA DALAM KESADARAN  bahwa orang tua berkewajiban  mengolah fisik maupun mental meraka seolah lebih kuat. Dan alhamdulillah kami mampu membuat ananda berkata Aku bisa, Aku mampu. Melihat gejala tersebut aku mulai punya “feeling” bahwa anak ini akan menghadapi sedikit masalah ketika nanti bersekolah. Mengapa???

Satu, anak banyak tingkah biasanya diberi label anak nakal.

Dua,  sekolah pada umumnya adalah sistem yang kurang memberi fasilitas untuk anak nak tipe kinestetik, yaitu tipe anak yang mampu menyerap materi pelajaran dengan maximal melalui gerak atau dengan bergerak. Tetapi sebenarnya untuk level TK cukup terfasilitasi hanya saja anaku ini memang kinestetik yang banget kali yaaa. Perlu di ketahui ada pula tipe anak yang bisa belajar dengan maksimal dengan mendengar (tipe auditori), melihat ( tipe visual) ada juga dengan menyentuh (Taktil). Atau kombinasi dari semua itu. Bisa dibaca lebih jelas di buku Quantum learning nya Bobbi Deporter& Mike Hermacki atau The Power of Learning Style nya Barbara Prashing.

Kembali ke cerita……… 
Waktu terus berjalan Salmanku  mulai memasuki fase baru, fase sekolah.
Dan benar adanya “ feeling seorang ibu “ beberapa tahun yang lalu. Beberapa bulan setelah sekolah Bu guru memanggilku dengan keluhan : Ibu…tolong Salman dibantu belajar yaa…dia masih susah membedakan huruf hijaiyyah antara Ba dan Na. Salman di sekolah kadang masih tertidur dsb..dsb…dsb…
Sempat rada sewot he he…pikirku, enak aje aku jauh2 pindah dari Tangerang ke Bekasi demi mengejar sekolah bermutu untuk anak ku koq begini?? Full Day lagi!! Bayarnya bikin aku mesti pake analisa “SWOT” ( Strenght, Weakness, Oportunity and Threat) segala he he dan dg skala prioritas yg rumit lagi!! Namun Alhamdulillah dengan silaturahim  yang sehat dengan teman-teman, dengan suami, dengan buku, dengan tv, dengan diri sendiri  rasa sewot itu hanya sesaat saja datangnya. Aku bisa mengatasi, aku akan membuktikan karena aku yang paling mengerti seperti apakah anakku bahkan sebelum sekolah pun aku sudah mampu mendeteksi…mengapa aku tdk bisa mengatasinya?? So what gitu loh ! Begitulah aku terus menyemangati diriku.
Alhamdulillah….clingggggg atas izin Allah muncul lah ide ini :

Untuk mengatasi kesulitan belajar huruf hijaiyyah aku membentuk dan menggunting satu suku kata atau satu kata dari huruf hijaiyyah dengan kertas warna-warni kemudian aku tempel menyebar di sekitar kamar dan ruang tengah aku sengaja memasang agak tinggi dan agak rendah ada pula beberapa yg setara denga tinggi badannya. Melihat aku sibuk menggunting dan menempel   dia sudah tampak senang dan terus bertanya untuk apa, aku bilang untuk belajar salman ..biar seruuu deh. Mata cerdasnya berbinar-binar…indaaaah sekali. Dan dia pun ikut membantu. Hatinya senang, gembira pertanda limbik otaknya sudah terbuka, siap untuk dituang ilmu atau belajar. The Brain is wider than Sky….apabila limbik nya telah terbuka. Tentang Limbik bisa di baca lebih detail di Buku Revolusi IQ/EQ/SQ/ nya Taufiq Pasiak.atau…apa yaa lupa he he.

Permainan dimulai :

“ Salmaaaan..coba cari yang berbunyi Kho !!”. Dia pun sibuk mencari suku kata tersebut di sekeliling ruangan menengok, berjinjit, kadang naik kursi kadang naik meja. “Ayo…terus cari Nak…sampai ketemu, kamu bisa,  ada koq, dia bersembunyi dimana ya?”. Demikian seterusnya sampai beberapa hari dan dia enjoy sekali dengan metode tersebut. Demikianlah permainan kami, belajar kami…..Intinya aku menfasilitasi nya untuk bisa tetap bergerak ( karena tipe kinestetik) tapi tidak lupa memasuk kan “ muatan” nya apa???

Selain itu aku membuatkan gambar dari tanganku sendiri yang masih sangat kuingat gambar pohon, kucing duduk dilihat dai belakang, ayunan, buah , sayuran (sawi) dll dan di bawahnya aku tuliskan huruf hijaiyyah nya. Mungkin teman-teman berpikir, kan banyak gambar atau poster yangh dijual di toko?? Repot amat?? Ya…memang repotnya itu yang kucari he he . Aku sengaja menciptakan kerepotan itu, menggambar dan mewarnai bersamanya selain  menyenangkan hal tersebut menciptakan kedekatan dan isyaAllah energi cinta dan semangat sang ibu akan ter transfer ke anak. Gelombang otak  bisa mempengaruhi gelombang otak orang lain. Lebih jelasnya bisa dibaca di Buku Taufiq Pasiak.

Subhanallah atas izin Allah beberapa minggu kemudian aku di panggil Bu Guru lagi…
“Ibu… Alhamdulilah Salman membaca hijaiyyahnya sudah bagus, perkembangan nya pesat. Kalau kami boleh tau, bagaimana caranya Bu ??
Aku faham Bu Guru hanya sekedar meng apresiasi usahaku. Bukan kah beliau lebih mahir??? Tapi kenyataannya setelah aku ceritakan usahaku plus referensi yang kuat pula, Bu Guru sangat suka dan terispirasi he he. Alhamdulillah, pikirku… inilah berkah dari sebuah masalah karena Allah maha pendidik. Di balik masalah pasti ada hikmah.   

Untuk orang tua atau bu guru yang punya anak kinestetik…janganlah terusik. Dengan memahami gaya belajar mereka insyaAllah kita ga pusing koq…Ayo kita terus belajar juga. Sebagai penutup, pengen melanjutkan syair yang tadi …

The Brain is wider than sky
For put them side by side
The one the other will contain
With ease and You beside.

The Brain is deeper than the ocean
For hold them Blue to Blue
The one the other will absorb
As Sponge Buckets do

The Brain is just the weight of God
For Heft them Pound to Pound
And they will differ if they do
As Syllable from Sound
-Emily Dickinson (1830-1886)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...