Sekilas Kilas Balik
Sebulan persis
setelah melahirkan anak ke tiga, “asisten rumah tangga” pamit pulang. Mengurus tiga batita ( bukan balita lho ) bukan
urusan sepele,tapi seru juga sih. Untunglah, suami tidak ngantor setiap hari,
bila ada jadwal kerja (terbang) ya berangkat,bila tidak ya, dirumah saja. Dan yang lebih menggembirakan lagi, suami mau dan trampil mengurus anak. Dari
memandikan, membuat susu, menyuapi, mendongeng,menggambar sampai mengajak bermain
musik. Super Dad menurutku itu julukan yang tepat. Aktifitas yang
kurang disukainya hanyalah menceboki bayi-bayi yang pup. .
Saat itu si
sulung belum genap 3th( 2th 5bln). Dia aktif sekali alias banyak tingkah, masih
kadang “ngoprok” alias pup atau pipis di mana dia berada. Tapi anehnya sudah
mahir membuka dan men-shutdown komputer dan membaca huruf A to Z. Si tengah
masih melancarkan belajar jalannya, semakin malam dia semakin aktif belajar
jalan, kami merasa rada heran melihatnya. Bila minum susu, harus dengan botol bertutup
merah, padahal kadang belum tercuci padahal aku
sudah menyediakan “serep” yang sama. Si
kecil baru sebulan masih banyak tidur tetapi ketika bangun minta jatah minum aku
harus meletakkan semua pekerjaan. Bila begitu keadaanya urusan si sulung dan si
tengah di handle si Super Dad.
Malam itu, entah
hari ke berapa tanpa “asisten”. Setelah si kecil tidur aku segera bag,big bug
menyalesaikan kerjaan rumah yang sudah nunggu-nunggu untuk dikerjakan. Mencuci
piring dan botol susu yang jumlahnya setengah lusin, membereskan mainan yang
berserakan, merendam pakaian anak2 yang terkena noda, hingga membuatkan kopi
special pake cinta untuk si Super Dad. Lagi serius-seriusnya beres-beres
tiba-tiba Super Dad memanggilku dan menyuruhku untuk menceboki si Sulung yang
pup. Aku segera membawanya ke kamar mandi tapi aku merasa janggal, sepertinya
tidak ada tanda-tanda si Sulung pup. Aku segera meminta kejelasan dari suami,
suamiku mulai ragu, setelah diteliti ulang ternyata benar, bukan si Sulung yang
pup tapi si Tengah. “ Salah cebok” begitu ceritanya.
Kami tertawa
terbahak-bahak cukup lama. Yah sejenak kondisi "chaos" itu mendatangkan hiburan
gratis. Tetapi yang tak kalah penting adalah makin terbentuknya sebuah
kesolid-an dalam keluarga.
Perlu digaris
bawahi, kesolid-an bukan berarti suami setiap saat dapat hadir dan membantu
kita dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Kondisi masing-masing keluarga
sangatlah variatif. Yang terpenting
adalah kesadaran masing-masing pihak (suami maupun istri) bahwa mereka punya
tanggung jawab dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka. InsyaAllah
kesadaran tersebut akan menghasilkan langkah nyata sesuai kapasitas
masing-masing. Bila memang belum tumbuh jangan tinggal diam untuk masalah yang
penting seperti ini, komunikasikan dengan baik .Dan cerdas-cerdaslah mengamati
sumbangsih pasangan, jangan menetapkan standart yang tinggi dalam
masalah-masalah yang tidak prinsip. Contoh kecil, pasangan memakaikan pakaian
yang kurang matching ke anak-anak, yaaa ga pa pa lah jangan terlalu ngotot.
Tetapi ketika pasangan ga peduli dengan prilaku anak yang kurang baik, anda
wajib protes dan sedikit ngotot (ngotot bil hikmah kali yaa).
Muara Pengasuhan
dan Pendidikan
Dalam sebuah
“dunia” pengasuhan dan pendidikan anak, kita akan mengalami emosi yang
begitu detail, kaya spectrum rasa dan nuansa. Kadang sampai pada bukit
kebahagiaan kadang jatuh di lembah kecemasan ( ciee puitis banget ). Tapi
nikmati sajalah , segala sesuatu melalui proses. Dengan terus mengolah “pikir
dan batin “ yang sejalan wahyu Allah insyaAllah kita tidak akan bingung-bingung menjadi “manager”
di sebuah lembaga terkecil yang disebut keluarga. Kita akan mengerti muara atau
ujung dari salah satu tugas suci kita sebagai
orangtua.
Di Surat Lukman
ayat 13 diberitakan : Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya: “Wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman yang
besar.”
Berdasarkan ayat
tersebut jelas sekali bahwa generasi yang bertauhidlah yang diharapkan oleh
Allah. Itulah MUARA dari pengasuhan dan pendidikan anak. Akan berprofesi sebagai apapun anak kita kelak yang penting adalah
bertauhid. Apapun profesinya, tauhid jiwanya ( nada : masih teh botol sosro nih).
So….modal apa
yang telah kita miliki untuk merancang
pengasuhan dan pendidikan anak agar sejalan dengan ayat tersebut ? Orang
tua yang punya semangat juang ekstra dan pengabdian yang tinggi kepada Rabb nya
yang mampu menjawabnya. Kita tidak bisa menyerahkan 100% urusan internalisasi
nilai-nilai tauhid pada sekolahan. Tugas mensibghah (mencelup) anak-anak dengan
nilai-nilai tauhid adalah tugas orang tua. Jangan merasa “aman” dan sudah
“tunai” tugas kita ketika kita sudah menyerahkan anak-anak kita pada sekolahan
yang berlabel “terpadu”, “fullday”,
“unggulan”, “pondok pesantren” atau kita sudah memberikan sekolah tambahan
berjudul “TPA”. Jangan menstigma diri tidak mampu. Bila kita flashback dijaman
Rosullullah Muhammad SAW. nilai tauhid bisa difahami dan terinternalisasi dari
level Bilal hingga Ali, yang berarti
level budak sampai cendekiawan.
Dan mengutip
tulisan Totok Sapto beberapa waktu yang lalu yang berjudul HARI PAHLAWAN : Kita
punya seabrek pahlawan yang real, factual bukan imaginative yang menjadi sumber
inspirasi, motivasi, sumber hikmah….mereka adalah sosok manusia biasa, amat
biasa malah, bukan sosok manusia super atau manusia suci bukan pula nabi tetapi
mempunyai suatu karya atau kiprah yang luar biasa. Dalam tulisan tersebut
disebutkan salah satunya adalah Luqman, Sang Bapak Pendidikan.
Sebagai penutup,
ada sebuah hadis yang kurang lebih berbunyi: anak bila sudah berumur tujuh
tahun tidak mau menjalankan sholat boleh dipukul.
Perlu diketahui
dalam memahami sebuah hadist tidak bisa
secara textual saja tetapi harus dipahami secara kontextual.
Dalam hal ini kontex
nya adalah pemukulan boleh dilakukan ketika
orang tua sudah memberi contoh atau teladan, tetapi bila tidak ?? Tunggu
dulu!!! Jangan buru-buru main pukul aje. Mengutip kata-kata si Super Dad : “
Orangtuanya dulu yang mesti dipukul! ”. Nah looooo…. Deal ?
Tulisan lama (2009) yang baru sempat dipindah dr FB ke sini :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar