Sabtu, 05 Maret 2016

Kondom, Hukum Pavlov dan Tinta Malaikat



Wajah Pak guru itu seperti bulan kesiangan, pucat. Sinar matanya redup seperti matahari yang digelimuni gemawan , garis bibirnya datar. Perasaannya tak gemah. Semalam beliau berdiskusi panjang dengan salah satu rekannya hingga larut malam. Akhirnya beliau kancilen, keterusan tidak dapat tidu. Materi diskusi mereka tak lain adalah Kebijakan Menkes yang baru tentang kemudahan akses kondom bagi remaja untuk memberantas AIDS….
Aku harus mampu mengemas kegalauan dalam canda ceria, Dia menarik nafas dalam dan bersiap pergi ke sekolah.
“ Mari membuat jeruk masam menjadi minuman segar !” Katanya menyamangati diri sendiri.
Kemudian beliau memasuki ruang kelas anak kelas 3 SMA BUDI LUHUR. Menebar senyum bunga musim semi, memasang sinar mata laksana sinar matahari yang menggelimatang di sela dedauanan. Para siswa pun menyambut kedatangan dan salam guru favorit mereka dengan sumringah.
“ Sebelum masuk ke materi pelajaran hari ini yaitu hukum Mendel tentang Genetika, kita membahas tentang kebijaksanaan mentri kesehatan yang baru ya…Ok?”
Mendadak ruang kelas riuh. Ada suara ledakan tawa dari ringan hingga sedang. Ada ekpresi sinis, ada ekpresi miris, ada pula ekpresi meringis. Pak Yusuf tetap dalam senyum bunga musim semi.
“ Tentu kalian sudah mengerti berbagai alasan Bu Mboi yang amboi membuat kebijakan pembagian kondom gratis kan?”
Siswa terbahak…ruang kelas kembali riuh.
“ Menurut kalian….benarkah kondom itu sebuah alat pengaman?”
Anak-anak kembali terbahak. Bersautan mengemukakan alasan dari yang ilmiah sampai yang celelean.
“ Mas…coba,ulangi alasan Anda !”
“ Menurut saya, kondom memang pengaman Pak…mencegah terjadinya kehamilan dan mencegah kemungkinan tertular penyakit kelamin.”
“ Terus…aman dari apa lagi ? ” Tanya Pak Yusuf sambil tersenyum. “Kalian boleh berdiskusi…silahkan !” Tambah Pak Yusuf
Lima belas menit kemudian…………..
Anak-anak sama sekali tidak menemukan jawaban. Pertanyaan tersebut benar-benar mengundang rasa penasaran mereka. Mereka kembali riuh ingin mengerti jawaban dari Pak Yusuf.
“ Bapak juga nggak tau kok !” Jawab Pak Yusuf santai
“ Huuuuuu !” Teriak mereka serentak.
“ Tapi…, Bapak bertanya-tanya saja….apakah kondom bisa jadi pengaman supaya tinta malaikat tidak keluar sampai ke buku catatan dosa bila itu bisa mendorong untuk berbuat zina ? Tapi…pertanyaan ini Bapak ajukan dengan catatan…bila kalian masih percaya adanya dosa,pahala,surga dan neraka loh…..! Kalau memang bisa menahan tinta malaikat …Bapak setuju dengan kebijakan itu dan mau-mau saja…asyik tuh !”
Para siswa terbahak, sesaat kemudian mereka terpekur. Pak Yusuf tersenyum…..
“ Ok…lain kali kita bicaran tentang hukum Pavlov ya…!”
“ Siapa itu Pak?”
“ Lain kali saja Bapak jelaskan…sekarang mari kita mulai belajar hukum Mendel lebih dulu !”
**
“ Pak…Bapak-bapak ini pada sakit ya…kok pada tampak pucat?”
“Ah tidak, kami hanya kurang tidur saja. Semalam kami berdiskusi tentang hukum Petrovich Pavlov. “
“Siapa itu Pak?”
“Seorang ahli fisiologi Rusia yang mendapat hadiah Nobel 1904.”
“Apa penelitian dan penemuannya sampai mendapat hadiah nobel Pak?”
“Menurut Pavlov, manusia maupun anjing dapat dibentuk dan dikendalikan lewat pembiasaan. Manusia ditentukan oleh lingkungan bukan oleh hereditas.”
“ Wah…penghinaa, masak anjing disejajarkan manusia?”
“ Dengar dulu cerita saya sebelum protes. Saat itu Pavlov melihat anjingnya mulai berliur tidak hanya ketika menghadapi makanannya. Tetapi juga ketika mendengar bunyi piring atau bunyi langkah orang yang mengantar makana.Menurut Pavlov, itu hal yang menarik perhatiannya. Namanya juga orang cerdas dan punya kemapuan berpikir yang holistik….Pavlov mulai mengadakan percobaan, yaitu dengan memasang lonceng yang berbunyi sebelum makanan disodorkan dihadapan si anjing. Ternyata Anjingnya mulai berliur meskipun makanan belum kelihatan. Sebenarnya keluarnya air liur adalah sebuah tanggapan alamiah karena tercecapnya atau terciumnya makanan apalagi bila anjing memang sedang lapar. Tetapi Pavlov telah membiasakan anjingnya mengeluarkan air liur meskipun tidak ada makanan dihadapan si anjing. Menurut Pavlov, Itulah tanggapan yang dibiasakan. Pavlov juga melakukan percobaan lain..anjing dapat diajarkan supaya meninggalkan tanggapan yang dibiasakan itu. Dia membunyikan lonceng tetapi tidak disusul datangnya makanan, ternyata anjingnya menjadi jemu dengan kebiasaannya dan tidak berliur lagi. Dengan percobaan itu, Pavlov membuktikan bahwa kebiasaan atau tanggapan yang dibiasakan dapat dihapuskan maupun ditimbulkan ! Dari percobaan Pavlov ada empat unsur atau empat tahap yang berbeda-beda dalam proses pembiasaan. Pertama rasa lapar dan hasrat ingin makan. Lalu ada rangsangan lonceng yang membuat air liur keluar sebelum waktunya. Akhirnya tanggapan si anjing mendapat hadiahnya atau diperkuat-diberi makan. Pembiasan mengikuti daur dorongan-rangsangan-tanggapan-penguatan. Urutan ini juga berlaku dalam dunia belajar manusia! ”
“Ohh begitu…lalu apa hubungannya dengan pembagian kondom gratis?”
“ Pikir sendiri Jo….Paijo. !” Kata Pak Bain dan Pak Yusuf serentak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...