Wajah Pak guru itu seperti bulan
kesiangan, pucat. Sinar matanya redup seperti matahari yang digelimuni gemawan
, garis bibirnya datar. Perasaannya tak gemah. Semalam beliau berdiskusi
panjang dengan salah satu rekannya hingga larut malam. Akhirnya beliau kancilen,
keterusan tidak dapat tidu. Materi diskusi mereka tak lain adalah Kebijakan
Menkes yang baru tentang kemudahan akses kondom bagi remaja untuk memberantas
AIDS….
Aku harus mampu mengemas kegalauan
dalam canda ceria, Dia menarik nafas dalam dan bersiap
pergi ke sekolah.
“ Mari membuat jeruk masam menjadi
minuman segar !” Katanya menyamangati diri sendiri.
Kemudian beliau memasuki ruang kelas
anak kelas 3 SMA BUDI LUHUR. Menebar senyum bunga musim semi, memasang sinar
mata laksana sinar matahari yang menggelimatang di sela dedauanan. Para siswa
pun menyambut kedatangan dan salam guru favorit mereka dengan sumringah.
“ Sebelum masuk ke materi pelajaran
hari ini yaitu hukum Mendel tentang Genetika, kita membahas tentang
kebijaksanaan mentri kesehatan yang baru ya…Ok?”
Mendadak ruang kelas riuh. Ada suara
ledakan tawa dari ringan hingga sedang. Ada ekpresi sinis, ada ekpresi miris,
ada pula ekpresi meringis. Pak Yusuf tetap dalam senyum bunga musim semi.
“ Tentu kalian sudah mengerti
berbagai alasan Bu Mboi yang amboi membuat kebijakan pembagian kondom gratis
kan?”
Siswa terbahak…ruang kelas kembali
riuh.
“ Menurut kalian….benarkah kondom
itu sebuah alat pengaman?”
Anak-anak kembali terbahak.
Bersautan mengemukakan alasan dari yang ilmiah sampai yang celelean.
“ Mas…coba,ulangi alasan Anda !”
“ Menurut saya, kondom memang pengaman
Pak…mencegah terjadinya kehamilan dan mencegah kemungkinan tertular penyakit
kelamin.”
“ Terus…aman dari apa lagi ? ” Tanya
Pak Yusuf sambil tersenyum. “Kalian boleh berdiskusi…silahkan !” Tambah Pak
Yusuf
Lima belas menit kemudian…………..
Anak-anak sama sekali tidak
menemukan jawaban. Pertanyaan tersebut benar-benar mengundang rasa penasaran
mereka. Mereka kembali riuh ingin mengerti jawaban dari Pak Yusuf.
“ Bapak juga nggak tau kok !” Jawab
Pak Yusuf santai
“ Huuuuuu !” Teriak mereka serentak.
“ Tapi…, Bapak bertanya-tanya
saja….apakah kondom bisa jadi pengaman supaya tinta malaikat tidak keluar
sampai ke buku catatan dosa bila itu bisa mendorong untuk berbuat zina ?
Tapi…pertanyaan ini Bapak ajukan dengan catatan…bila kalian masih percaya
adanya dosa,pahala,surga dan neraka loh…..! Kalau memang bisa menahan tinta
malaikat …Bapak setuju dengan kebijakan itu dan mau-mau saja…asyik tuh !”
Para siswa terbahak, sesaat kemudian
mereka terpekur. Pak Yusuf tersenyum…..
“ Ok…lain kali kita bicaran tentang
hukum Pavlov ya…!”
“ Siapa itu Pak?”
“ Lain kali saja Bapak
jelaskan…sekarang mari kita mulai belajar hukum Mendel lebih dulu !”
**
“ Pak…Bapak-bapak ini pada sakit
ya…kok pada tampak pucat?”
“Ah tidak, kami hanya kurang tidur
saja. Semalam kami berdiskusi tentang hukum Petrovich Pavlov. “
“Siapa itu Pak?”
“Seorang ahli fisiologi Rusia yang
mendapat hadiah Nobel 1904.”
“Apa penelitian dan penemuannya
sampai mendapat hadiah nobel Pak?”
“Menurut Pavlov, manusia maupun
anjing dapat dibentuk dan dikendalikan lewat pembiasaan. Manusia
ditentukan oleh lingkungan bukan oleh hereditas.”
“ Wah…penghinaa, masak anjing
disejajarkan manusia?”
“ Dengar dulu cerita saya sebelum
protes. Saat itu Pavlov melihat anjingnya mulai berliur tidak hanya ketika
menghadapi makanannya. Tetapi juga ketika mendengar bunyi piring atau bunyi
langkah orang yang mengantar makana.Menurut Pavlov, itu hal yang menarik
perhatiannya. Namanya juga orang cerdas dan punya kemapuan berpikir yang
holistik….Pavlov mulai mengadakan percobaan, yaitu dengan memasang lonceng yang
berbunyi sebelum makanan disodorkan dihadapan si anjing. Ternyata Anjingnya
mulai berliur meskipun makanan belum kelihatan. Sebenarnya keluarnya air liur
adalah sebuah tanggapan alamiah karena tercecapnya atau terciumnya makanan apalagi
bila anjing memang sedang lapar. Tetapi Pavlov telah membiasakan anjingnya
mengeluarkan air liur meskipun tidak ada makanan dihadapan si anjing. Menurut
Pavlov, Itulah tanggapan yang dibiasakan. Pavlov juga melakukan percobaan
lain..anjing dapat diajarkan supaya meninggalkan tanggapan yang dibiasakan itu.
Dia membunyikan lonceng tetapi tidak disusul datangnya makanan, ternyata
anjingnya menjadi jemu dengan kebiasaannya dan tidak berliur lagi. Dengan
percobaan itu, Pavlov membuktikan bahwa kebiasaan atau tanggapan yang
dibiasakan dapat dihapuskan maupun ditimbulkan ! Dari percobaan Pavlov ada
empat unsur atau empat tahap yang berbeda-beda dalam proses pembiasaan. Pertama
rasa lapar dan hasrat ingin makan. Lalu ada rangsangan lonceng yang membuat air
liur keluar sebelum waktunya. Akhirnya tanggapan si anjing mendapat hadiahnya
atau diperkuat-diberi makan. Pembiasan mengikuti daur
dorongan-rangsangan-tanggapan-penguatan. Urutan ini juga berlaku dalam dunia
belajar manusia! ”
“Ohh begitu…lalu apa hubungannya
dengan pembagian kondom gratis?”
“ Pikir sendiri Jo….Paijo. !” Kata
Pak Bain dan Pak Yusuf serentak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar