Sabtu, 05 Maret 2016

Beda Frekuensi ? Tak masalah...seru koq !!!



Keragaman skill  seseorang dalam berpikir, menganalisa, mendeteksi permasalah atau kasus menurutku adalah fenomena yang sangat menarik. Tak dipungkiri,  kadang juga “ngeselin” dan membuat agak “tegang” hehee.
Masing-masing punya ciri khas, unik, menggelitik tergantung latar belakang  Idieologi/ agama, budaya, umur, gender, pendidikan, gaya pendidikan orang tua dan lain-lain ( kepanjangan deh kalau disebut satu2…)

Ada orang yang berpikir pragmatis ( simple, praktis, sesuai kegunaannya) ada yang holistic ( luas, menyeluruh). Sebenarnya masih banyak gaya “berpikir” tapi pemahaman atau pengetahuanku baru sampai pada penggolongan itu, aku berharap ada teman yang bisa menambahkan.( suerrr ngarep dot com)
 Sebagai contoh, misalnya ada seseorang yang sakit pusing, bagi orang pragmatis simple saja ..diobati pusingnya, Akan berbeda dengan tipe holistic, dia akan  mencari dulu sebab dari pusing itu. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Dalam masalah tertentu kita memang dituntut berpikir pragmatis tapi dalam hal lain bisa jadi kita harus berpikir holistic….seru bukan??? Ketrampilan kita mendeteksi hal itu nampaknya perlu sebuah latihan dan latihan. So..hadirnya sebuah masalah sebenarnya lahan meningkatkan ktrampilan berpikir kita.


Perbedaan “frekuensi” itulah yang kadang menimbulkan permasalahan dalam berinteraksi dengan sesama. Di rumah tangga/ keluarga, di lingkungan kerja, di sekolah, di masyarakat yang tak kalah seru adalah di  DUNIA MAYA….
Orang-orang pragmatis biasanya menyebut orang tipe holistic “ruwet”, “ ribet “.”aneh”. Tipe holistic sering “geleng-geleng” kepala dengan “kepraktisan” tipe pragmatis hehehe…
Keahlian dan  kelihaian seseorang mengatasi masalah “perbedaan frekuensi” itu, sering-sering disebut  “ Kecerdasan interpersonal ”…atau sebenarnya salah satu bagian dari kecerdasan emosi. Wallahu a’lam bi showaf…apaun itu namanya…yang jelas, sebenarnya setiap hari kita diberi lahan untuk melatih diri meningkatkan ketrampilan berpikir dan kecerdasan emosi kita walau hanya lewat dunia maya…

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...