Rabu, 27 Juli 2016

LOYAL (bag.2)

Pak Tatang mulai bercerita.

Beliau mempunyai seorang sahabat sejak masa kanak-kanak bernama Masyhuri. Mereka berpisah kota saat masing-masing menikah. Namun silaturahim masih dibangun dengan baik.  Pak Masyhuri mempunyai sebuah usaha peternakan kambing di daerah pedalaman Sumedang. Di daerah semacam itu ,sangat rawan jika hanya mengandalkan tenaga manusia untuk menjaga peternakan. Maka Pak Masyhuri menggunakan tenaga binatang yang bisa diandalkan  yakni anjing.


Pada suatu malam ada kawanan perampok menyatroni peternakan itu. Anjing-anjing penjaga peternakan itu langsung sigap ,menggonggong keras sambil sesekali berlari ke sana ke mari. Ratusan kambing pun mengembik. Suasana benar-benar menjadi gaduh.

Ada dua orang perampok yang mengambil kesempatan ditengah kegaduhan itu. Mereka nekat menyelinap dari sisi belakang peternakan itu. Salah satu membawa senapan, yang satu lagi bersenjata tajam. Mereka menuju sebuah pondok dari kayu dan bambu yang biasanya dihuni beberapa pegawai. Mereka bermaksud menangkap pegawai itu. Kemudian mereka akan menyuruh pegawai itu agar mengendalikan anjing-anjing penjaga. Mereka berpikir, biasanya anjing sangat patuh pada majikannya.
Namun saat mereka menaiki tangga pondok itu , ada salah satu anjing yang melihat mereka. Loyal demikian nama anjing itu. Si Loyal langsung mengejar mereka.


" Gukkk ..grrrrrrrhh !" 


Ketika Loyal hendak menerkam salah satu perampok itu.


" Darrrr !"

Perampok satu lagi nekat menembakkan senjata hingga mengenai salah satu kaki depan anjing pemberani itu. Loyal terjatuh ,perampok itu berusaha lari. Namun dua perampok itu saling bersenggolan pundak dan jatuh  terjerembab. Salah satu dari perampok itu wajahnya beradu dengan tanah yang agak berlumpur. Nafas mereka tersengal-sengal dan kesulitan untuk bangun. Sementara itu Loyal masih terkapar. Kakinya terluka dan berdarah. Namun beberapa saat kemudian Loyal berusah berdiri. Spontan perampok  yang hampir diterkam Loyal tadi melemparkan pisau ke arah Loya dengan tangan gemetar. Naas..pisau menyerempet wajah Loyal. Anjing itu mengerang kesakitan, kini wajah Loya pun terluka dan berdarah. Ketika perampok itu akan mengeluarkan sebilah pisau lagi...


" Hentikan !! jangan siksa anjing itu!! Dzalim kalian !!" 


Terdengar teriakan lantang dan berwibawa dari dalam pondok itu.

Dua perampok itu sangat terkejut. Tubuh mereka kian gemetar dan tiba-tiba seperti kehilangan tenaga untuk melarikan diri.


" Kreeekk....!" pintu kayu pondok itu terbuka


Pak Masyhuri keluar,disusul dua orang pegawainya yang langsung merawat Loyal dengan obat-obatan seadanya kemudian segera membawa Loyal ke dokter hewan di kota.

Dua perampok itu lemas tak berdaya. Mereka tertunduk takut saat pria itu memandang mereka.


" Apa yang kalian inginkan?" tanya Pak Masyhuri dengan tegas.


Kemudian Pak Masyhuri hanya memandang mereka,sambil bibirnya bergerak-gerak melafadzkan dzikir. Senantiasa memohon agar bisa mengendalikan diri.


Dua perampok itu hanya membisu.Jantungnya masih berdetak kencang.  Keduanya  bersujud di kaki Pak Masyhuri sambil memohon maaf .


" Sudah..sudah,tidak perlu seperti ini. Bangun...istighfar. Minta ampunlah pada Allah !"


Saat terjadi perampokan itu,Pak Masyhuri sedang terpekur memohon pertolonganNya, agar bisa membantu warga sekitar meninggalkan kemaksiatan yang seolah sudah menjadi hal biasa.
Dan saat itu pula ujian hadir dihadapan Pak Masyhuri.
Pak Masyhuri menyuruh mereka membersihkan badan dan berwudhu. Mereka menurut.


**


Loyal bertahan  hidup walau salah satu kakinya harus diamputasi karena mengalami infeksi parah. Luka di wajahnya juga mengalami infeksi serius.


Walhasil,Loyal di bebastugaskan sementara sebagai anjing penjaga di peternakan itu. Loyal dirawat di rumah Pak Masyhuri. Pertimbangannya agar mendapat perawatan intensif karena lebih dekat perkotaan. Belum ada dokter hewan yang dekat dengan peternakan itu.


Namun sayang,keputusan itu mendapat protes keras dari sebagian warga. Pak Masyhuri menjelaskan,bahwa tujuannya adalah merawat Loyal hingga sembuh. Setelah itu Loyal akan dipelihara di peternakan lagi.  Namun penjelasan itu tetap tidak bisa diterima sebagian warga.

Menurut mereka,Pak Masyhuri sebagai salah satu sesepuh di kampung tidak bisa menjadi panutan. Pernyataan itu tidak  meresahkan hati Pak Masyhuri. Namun ketika mendengar slentingan  bahwa beberapa warga hendak menangkap dan membuang anjing itu, Pak Masyhuri sangat sedih.  Hal itu diceritakannya pada Pak Tatang.


Dengan suka rela Pak Tatang menawarkan diri merawat anjing itu. Dengan pertimbangan,di kota kondisi masyarakatnya berbeda. Kepedulian yang kurang antar sesama menguntungkan untuk proses penyembuhan Loyal. Setelah Loyal sembuh Pak Tatang akan mengembalikan lagi ke peternakan Pak Masyhuri.


" Ternyata di kota yang kental dengan individualis ini masih ada seorang bocah yang sangat peduli !" kata Pak Tatang sambil tersenyum dan mengelus kepalaku. Aku balas tersenyum.

Kami terdiam. Angin sore bertiup dengan lembut. Sejuk.


" Bukankah kisah dalam hadist tentang seorang pezina yang memberi minum anjing  dan diampuni dosanya sebuah isyarat bahwa kita harus berbelas kasihan pada binatang dan tidak boleh sekedar membenci apalagi sekedar menghina perbuatan maksiat manusia? " kata Pak Tatang memecah keheningan


" Kadang manusia lebih mengerikan dari pada mahluk Allah yang dipandang buas, menjijikkan, najis dan haram. Belajarlah agama dengan sungguh-sungguh Nak !" pungkas Pak Tatang dalam obrolan sore itu.


**


Kisah persahabatan yang luar biasa.Hikmah kisah itu begitu menghujam dalam jiwaku hingga saat ini. Ya saat ini...saat aku Alif, sudah menjadi seorang dokter hewan di daerah pedalaman Indonesia bagian Timur.  


Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...