Jumat, 08 Juli 2016

Wuzzz Brakkkk !!

Wuzzzzz Braakkkkkk.....

Kutiup rambut ikalnya, menari-nari, menggelikan. Kemudian aku meliuk liuk di hadapannya, kutiup mata besarnya, dia berkedip, namun tetap saja matanya menatap layar datar itu. Aku beringsut di belakangnya, kutiup punggungnya yang basah berkeringat…

"Hemmm..segar !“ gumamnya.

Dia kembali menatap layar datar itu. Tak lama kemudian tersenyum, hihh muak aku dibuatnya. 

Wuzzzzzzzzz !!  Aku berlari kencang dan …. Brakkkkk !!!! daun jendela menabrak kusen,jendela tertutup

"Oh my God ! Laporanku !“ pekiknya.

Dia berjongkok di samping meja, mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di lantai kemudian membuka jendela lagi. Aku berjalan perlahan, menjauhinya. Dari balik jendela aku masih memperhatikannya terus. Oh, dia masih sibuk tersenyum di depan layar datar itu. Tak lama kemudian kulihat pintu ruangan terbuka. Si Jemari Lentik mendekati Si Rambut Ikal.

" Eh Sayang, ada apa?“ tanya Si Rambut Ikal sambil tangannya spontan menekan tombol. Seketika laporan keuangan yang terlihat di layar datar.

"Masih sibuk ya,mau kopi ?“ tanya Si Jemari Lentik dengan lembut.

Wuzzzzzzzzz!! Aku berlari lebih kencang lagi.

"Oh, akan ada badai rupanya !” kata Si Jemari Lentik.

Jemari lentik meraih daun jendela dan merapatkannya ke kusen. Sementara itu,  Si Rambut Ikal tampak bingung, layar datar kembali menampilkan tulisan yang disembunyikannya dari Si Jemari Lentik.

Aku berlari kencang menerobos jendela yang masih terbuka Wuzzzzzzzzzz..Brakkk !!! Kotak pensil di dekat layar datar jatuh. Si Jemari Lentik terperanjat, kemudian mencari sumber suara. Dia mendekati meja. Dan....didapatinya puisi picisan di layar datar itu, pujian untuk masa lalu berbau obsesi, ilusi dan khayali, Wajah Si Rambut Ikal sepucat bulan di pagi hari.

Aku berlari lagi,lebih kencang.  Wuzzzzzzzzz !!…pyarrrrr !!!!

Gelas kristal di meja itu remuk,seremuk hati Si Jemari Lentik.

Aku berjalan meliuk-liuk di antara mereka, kutiupkan kesejukan agar ada maaf. Wuzzzzzz!!……….aku pergi meninggalkan mereka. Hanya sampai disitu  perintah dari sang maha pemilik perintah. Tugasku sudah usai.

Pekayon, 4 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...