Setiap kali mendengar sirine ambulance ,hati ini miris. Walaupun yang ada di dalam ambulance belum tentu orang meninggal tapi saya mendadak ingat mati dan ngeri. Lalu saya pun berpikir, jika ambulance itu membawa orang luka parah atau pendarahan, oh my God, di jalanan macet seperti itu ???
Saya dan suami pernah naik motor terjebak macet di samping sebuah ambulance. Haduhhh, gendang telinga saya rasanya mau pecah.Belum lagi harus menahan rasa seperti yang saya ceritakan di atas. Saya sudah menutup telinga namun tak jua reda rasa yang aduhai itu. Saat itu saya berpikir, seharusnya di Jakarta dan sekitarnya menyediakan ambulance berupa helicopter. Saat itu juga saya pun hanya bisa membuat status di FB tentang hal itu . Siapa bisa bantu menaikkan usulan saya ini ke pemerintah?? Hehee.. ,gaya banget ya? Tapi percayalah, ini serius, ini bukan gaya, bukan pula frasa, tapi ini soal rasa.
Dan saya kembali terusik saat 3 hari menjelang puasa tahun ini,salah satu putra kawan kami meninggal. Usianya masih sangat muda, 20tahun. Pemuda itu tersrempet motor, jatuh terpelanting dan mengalami luka dalam yang parah parah. Mengeluarkan darah dari mulut dan hidung. Pemuda itu segera dilarikan ke RS kecil terdekat tetapi tidak bisa ditangani denagn maximal karena peralatan medis yang terbatas. Kemudian pihak rumah sakit menelpon beberapa RS besar terdekat, namun kabarnya semua penuh. Satu-satunya RS yang bisa melayani adalah RSCM. Entah bagaimana kejadian detailnya -saya juga kurang mengerti - intinya pihak keluarga saat itu menunggu ambulannce yang datang dari RSCM.
Apa tidak ada ambulance dari Bekasi yang bisa langsung membawa ke RSCM? Pikir saya. Tetapi sebenarnya, kalaupun ada ambulance yang siap, perjalanan terlampau jauh bukan?
Dan...benar saja, belum sempat ambulance datang, pemuda itu meninggal dalam keadaan belum mendapat pertolongan maximal. Miris, benar-benar miris hati saya. Saya hanya bisa tergugu sedih saat itu.
Memang, semua sudah waktunya. Namun, bagaimana usaha maximal kita sebagai manusia ??
Lagi-lagi saya berpikir tentang Ambulance Helicopter. Apalagi sejak saya melihat salah satu kawan kami mempunyai usaha training, salah satunya ada HLO (Helicopter Training Officer). Bahasa sederhananya, training parkir helikopter.
Memang bukan perkara mudah, banyak faktor yang harus dipertimbangkan,landasan utuk mendaratkan heli dsb. Termasuk kondisi pasien-mungkin saja pasien tertetu tidak bisa dibawa dengan heli karena mungkin getaran heli berbeda dengan mobil. Entahlah pihak medis lebih paham. Namun saya masih berharap pemerintah benar-benar serius memikirkan hal ini.
Ini hanya opini saya, sebagai orang awam. Penjelasan dan pencerahan dari para ahli masih sangat saya harapkan.
#NulisRandom2017
#harike13
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senyum Sang Guru
Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh. Tumpukan buku, ...
-
Nak, kalian adalah modal terpenting negara Nak, namun kau juga salah satu imbas dari rengsa jiwa bangsa kita Nak, aku tak akan teri...
-
Kita pernah bertukar resah dibawah senja nan menjingga. Angin enggan berhembus, kian menyesakkan dada. Namun rona jingga senja kala itu ...
-
PEMINTAL CERITA John Edgar Wideman Seorang pria tengah berjalan di tengah hujan sambil mengudap pisang. Dari mana dia datang. K...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar