Sabtu, 03 Juni 2017

Kota Lukisan (4)

"Kita sepemikiran " jelas Vivian. Hameeda membalas uluran tangan Vivian. Merekapun tertawa lepas.

Sejak saat itu mereka menjadi sahabat. Vivian juga bukan penduduk kota Pittura, tetapi bibi dan kelurganya tinggal di kota itu. Berkala dia datang ke Pittura untuk mengunjungi bibinya dan tentu saja Galeria.
 Vivian sering berkirim kabar pada Hameeda dan bertukar cerita tentang lukisan yang dipamerkan di Galeria, juga menyoal tentang lukisan-lukisan yang telah mereka buat.
Mereka sama-sama suka melukis sejak kecil. Bisa disebut pelukis-pelukis muda berbakat. Mereka banyak belajar dan berinteraksi dengan para seniman lukis handal.

##

"Hameeda,  kapan kau datang ke Pittura lagi?  Aku ingin mengajakmu melukis. Aku menemukan view cantik saat primavera tiba " kata Vivian diujung telpon

"Kau sebut mencecap cappuccino? berarti kita harus melukis di pagi hari. Sungguh,sebenarnya aku ingin melukis musim semi menjelang senja. Aku ingin melihat seberapa eksotik dan misteriusnya primavera di sana menjelang senja. Tapi aku juga ingin ditemani cappuccino. Bagaimana menurutmu Vivi...?

"Wow, ide yang bagus Hameeda. Soal cappuccino,tenang sajalah,akan kubawakan untukmu. Tak masalah,kita akan menikmati cappuccino saat senja. Aku sudah belajar membuat cappuccino yang mantap dari bibiku !"

"Haha....,aku hanya bercanda.Terimakasih Vivi, akan kuusahakan untuk datang saat Primavera. Tak jadi soal pagi ataukah senja, yang penting kita bisa melukis bersama. "

##
Primavera telah tiba

"Luar biasa cantik lukisamu Vivian !"

"Lukisanmu juga cantik Hameeda!" sahut Vivian cepat.

"Kamu serius? " tanya Hameeda sambil tersenyum.

Vivian tersenyum "Emmm...maaf, mungkin aku mulai terpengaruh dengan pemikiran "bersikap positif" , emmm....terus terang..." Vivian tidak melanjutkan ucapannya

"Katakan Vivi,jangan ragu " desak Hameeda sambil tersenyum

"Emm...secara keseluruhan lukisanmu bagus, namun goresan kuasmu di sini, " kata Vivian sambil menunjuk bunga-bunga pada lukisan Hameeda .

"Ya,bagaimana Vivi?" desak Hameeda

"Seperti memancarkan kegamangan,kurang merdeka .Apakah kau sedang terpengaruh syahdunya primavera jelang senja atau....ada perasaan bersalah menikmati cappuccino di sore hari?"  gurau Vivian.

Mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

 "OK Vivi, itu yang kutunggu jangan takut untuk ikut meniupkan nyawa pada lukisanku. Aku memang sedang sedikit galau,tapi ah sudahlah belum saatnya kuceritakan kegalauanku."

Vivian hanya tersenyum dan mengangguk seraya mencecep cappuccinonya.

"Oya...Vivi,aku tidak ketakutan menikmati cappuccino saat senja, karena tidak ada larangan tentang hal itu dalam keyakinanku." jelas Hameeda sambil tertawa.

Vivian mengacungkan jempolnya sambil tertawa lebar

"Hameeda, bagaimana jika lukisanmu itu dipamerkan di Galeria? Emm..mungkin sepupuku bisa menolong, mengatakan bahwa itu lukisannya. Aku penasaran,seberapa banyak yang kan mengapresiasi lukisanmu." kata Vivian.

Hameeda menggeleng dengan cepat.

" Tidak Vivi, usulmu itu berbeda dengan perkara meminum cappuccino saat senja " jelas Hameeda, kemudian tersenyum.

 Vivian membalas dengan senyuman sambil mengacungkan jempolnya lagi.

"And....Fishing is not about fish,but fishing itself. If i get big fish that's the bonus. Demikian juga dalam melukis, aku menikmati saat-saat melukis itu sendiri " jelas Hameeda

Vivian tersenyum lagi "Kau memang teman teristimewaku Hameeda, aku bahagia bertemu denganmu"

##
Setahun kemudian...

Di Galeria ada semacam kompetisi. Lukisan yang dinilai bagus akan di pasang pada dinding tertentu. Dinding Bintang, demikian namanya. Sebuah prestige ketika sebuah lukisan bisa bertengger pada Dinding Bintang.
Dan kabarnya, pengembangan gedung itu kian pesat.Menjadi pegawai dan partisipan Galeria adalah sebuah kebanggaan tersendiri karena persaingan sangat ketat.

Vivian dan Hameeda  berkesempatan  mengunjungi lagi Galeria di Pittura. Mereka ingin mengenang pertemuan pertama mereka di Kota Lukisan itu.
Betapa mereka terkejut ketika mereka mendapati lukisan yang bertengger pada Dinding Bintang. Lukisan yang tak lagi "bernyawa".

Tamat

#NulisRandom2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...