Minggu, 04 Juni 2017

Rahasia Saira

Gadis kecil 7 tahun berbadan kurus keluar dari kamarnya  dengan mengendap-endap sambil mendekap tas dari kertas bermotif berbunga-bunga. Dia mendekati wanita paruh baya yang sedang mengelap hiasan kristal di bufet.

"Bibi, aku ingin menukar baju ini dengan baju lusuh, tolonglah aku" bisiknya

Bibi memandang Saira,menaikkan alisnya. Saira menatap Bibi dengan mata lebarnya sambil tersenyum.

"Bibi, tolong tukarkan baju ini dengan baju tetangga bibi yang sebesar aku, baju lusuh ya! " bisiknya lagi  "Bibi paham? " imbuhnya

Bibi tersenyum seraya menuju dapur. Saira mengikutinya . Saira mulai bercerita. Alis Bibi sesekali mengkerut, sesekali matanya melebar, sesekali tersenyum.

"Baiklah ,mudah-mudahan mereka menerimamu " kata Bibi sambil menyimpan tas itu.

##

Saira  mengayuh sepedanya dengan riang.

"Haiii semua, aku ikutan main lagi ya ! " sapanya penuh percaya diri

Ada beberapa anak justru memandangi sepedanya dengan tatapan ingin . Ada yang langsung meminjam sepedanya.
Mata Saira berkilat saat salah satu dari mereka menarik tangannya, mengajaknya bergabung dalam permainan. Sebelum Saira datang mereka bermain Benteng. Kemudian mereka berganti bermain petak umpet,  boneka,  congklak. Masih banyak lagi permainan yang membuat Saira gembira.

Wajahnya nampak murung ketika seorang anak mendekati Saira dan mengatakan sesuatu.

 ##

"Bibi, bisakah Bibi membantuku membeli sepeda butut?Aku punya uang tabungan ." bisik Saira

"Ada apa lagi Saira? "

"Aku mau sepeda butut,  jika sudah mendapatkannya,  Bibi harus membantuku menyembunyikannya di gudang bersama baju lusuhku ya ?!" bisiknya lagi

Bibi tersenyum, mengangguk kemudian memeluk gadis manis itu.

"Bibi juga harus berjanji, tidak mengatakan pada Mama dan Papa, aku bermain di kampung sebelah komplek !"

"Bibi berjanji, tetapi Saira tidak bisa terus menerus begini, sembunyi-sembunyi .Saira harus jujur pada Mama dan Papa " jelas Bibi dengan lemah lembut sambil membelai rambut Saira

Saira terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu kemudian mengangguk lemah.  Namun pada mata lebarnya telah tersimpan sebentuk bahagia yang tak terlihat sebelumnya. Bahagia , merasa akan diterima teman-teman barunya seutuhnya.

#NulisRandom2017

3 komentar:

Senyum Sang Guru

Sejak saat itu, ambisinya untuk membuat karya indah kian meruang. Namun, seolah sang ide bergegas pergi, mood meleleh.   Tumpukan buku, ...